Pasang Iklan hubungi Indra 02191872929

Pasang Iklan link perusahaan di informasi komersial Rp 75,000 /bulan

Pasang Iklan Sponsor Perusahaan Rp 100,000 /bulan


Info Hubungi Indra: 021 9187 2929-0813 9809 1829


Selasa, 24 Agustus 2010

Margarin Berbahaya?

Bookmark and
 Share


Oleh : dr. Jessica Florencia

The National Academy of Sciences (NAS), Food and Drug Administration (FDA), dan the American Heart Association (AHA) di Amerika, menganjurkan panduan nutrisi yang baik guna menghindari potensi ancaman dari lemak trans. Yang notabene, sumber penyumbang lemak trans paling banyak adalah margarine.
Lemak merupakan salah satu sumber gizi utama yang berfungsi luas dalam tubuh manusia. Konsumsi lemak yang seimbang dengan nutrisi lainnya diperlukan tubuh untuk dapat berfungsi optimal. Dalam “dunia  makanan”, lemak dapat ditemukan dalam bentuk padat maupun cair pada suhu ruang, bergantung pada komposisi dan struktur kimianya.

Berdasarkan struktur kimianya, asam lemak dapat dibedakan menjadi saturated fatty acid (asam lemak jenuh) dan unsaturated fatty acid (asam lemak tak jenuh). Setelah melalui proses metabolisme, asam lemak jenuh dapat menghasilkan energi lebih banyak jika dibandingkan dengan asam lemak jenuh. Sayangnya, asam lemak jenuh berpengaruh buruk terhadap profil kolesterol tubuh, sehingga meningkatkan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah. Asam lemak tak jenuh dianggap lebih bernilai gizi oleh para ahli gizi karena lebih reaktif dan dapat berfungsi sebagai antioksidan dalam tubuh.
Asam lemak tak jenuh terbagi lagi menjadi 2 jenis, yaitu: asam lemak tak jenuh dengan isomer cis- dan asam lemak tak jenuh dengan isomer trans-. Lebih dikenal dengan sebutan lemak cis dan lemak trans. Lemak trans perlu menjadi perhatian karena sifatnya mirip dengan asam lemak jenuh; mudah menumpuk menjadi padat dan tidak mudah dimetabolisme tubuh jika dibandingkan dengan lemak lainnya.
 
Bagaimana Pengaruh Lemak Trans Terhadap Kesehatan?
Sama halnya dengan lemak jenuh, lemak trans meningkatkan kadar kolesterol LDL (kolesterol jahat). Selain itu, lemak trans juga menurunkan kadar kolesterol HDL (kolesterol baik. Lebih jauh lagi, seperti telah disebutkan sebelumnya, lemak trans sulit dimetabolisme oleh tubuh jika dibandingkan dengan lemak lainnya. Hal ini menyebabkan lemak trans dapat beredar dalam aliran darah dalam waktu lama. Sifatnya yang mudah menumpuk dan menjadi padat, menyebabkan lemak trans lebih mudah untuk membentuk plak di sepanjang pembuluh darah.
Lemak trans juga meningkatkan kadar trigliserida dalam darah, yang meningkatkan risiko terjadinya penumpukan plak dalam pembuluh darah.
Sifat dan efek lemak trans tersebut diduga menyebabkan peningkatan risiko terjadinya penyakit jantung koroner dan pembuluh darah.
New England Journal of Medicine (NEJM) pada tahun 2006 menulis bahwa lemak trans telah terbukti tidak esensial dan tidak memberikan keuntungan apapun untuk kesehatan tubuh manusia, sebaliknya sangat potensial membahayakan kesehatan.
 
Lemak Trans dalam Margarin
Secara alami, lemak trans terdapat dalam jumlah sedikit (2-5% dari lemak total) pada produk susu dan lemak hewan memamah biak. Namun, bentuk lemak trans lebih banyak ditemukan sebagai hasil pemrosesan industri makanan. Lemak trans banyak terdapat pada fast food, snack, serta produk industri makanan yang digoreng atau dipanggang. Pada produk-produk industri makanan ini, komposisi lemak trans-nya dapat mencapai 15-45% dari keseluruhan kandungan lemak.
Salah satu produk pemrosesan industri makanan  yang luas dikenal dan mengandung lemak trans yang signifikan adalah Margarin.
Margarin dibuat dari lemak nabati yang mengalami proses hidrogenasi parsial yang agresif. Proses ini melibatkan penggunaan bahan-bahan kimia yang berbahaya dan pemanasan dengan suhu dan tekanan tinggi untuk mengubah struktur kimia alami lemak nabati. Proses hidrogenasi parsial ini dimaksudkan agar margarin dapat berada dalam bentuk padat pada suhu ruangan, namun dapat menjadi cair ketika dipanggang. Sayangnya, proses ini mengubah kurang lebih setengah lemak cis (lemak yang lebih mudah terurai dan tidak mudah menumpuk di pembuluh darah) menjadi lemak trans (lemak yang sulit terurai dan mudah menumpuk hingga menyumbat di pembuluh darah).
Kandungan lemak trans dalam margarin memang bervariasi bergantung pada produsennya, namun ditemukan dapat mencapai hingga 15% dari total lemak. Konsumsi berlebihan dari margarin, yang merupakan salah satu sumber utama lemak trans, secara signifikan berkaitan dengan peningkatan risiko penyakit jantung koroner.

Jadi, Bagaimana Menyikapinya?
Menghilangkan asupan lemak dari diet kita sehari-hari akan memberikan efek kesehatan yang tidak baik. Diperlukan 25-35% asupan lemak dari total asupan kalori kita setiap hari. Yang diperlukan adalah lebih teliti dalam memperhatikan kandungan nutrisi dari bahan makanan yang kita konsumsi. Dengan demikian kita dapat memilih produk makanan yang baik bagi kesehatan.
Walau margarin bukan satu-satunya produk makanan yang mengandung lemak trans, margarine dianggap contributor lemak trans paling tingg. Untuk itu, sebaiknya kita selalu memperhatikan label makanan yang menuliskan informasi kandungan nutrisi. Setiap makanan yang mengalami proses hidrogenasi maupun hidrogenasi parsial, dan mengandung lemak trans atau lemak jenuh yang tinggi sebaiknya dihindari.
Alternatif pilihan yang lebih baik bagi kesehatan adalah dengan memilih produk yang mengandung lemak tak jenuh (mono- atau polyunsaturated fat), seperti olive oil dan minyak nabati lainnya.
Hingga saat ini, tidak ada kadar asupan harian yang aman untuk lemak trans. Hal ini berkaitan dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa berapa pun peningkatan asupan lemak trans, akan meningkatkan risiko terjadinya penyakit jantung koroner. Namun, para peneliti juga belum bisa menentukan efek samping yang dapat terjadi jika seluruh kandungan lemak trans dihilangkan dari diet sehari-hari. Untuk itu, panduan nutrisi yang baik dan dianjurkan oleh The National Academy of Sciences (NAS), Food and Drug Administration (FDA), dan the American Heart Association (AHA) di Amerika adalah dengan membatasi asupan lemak jenuh dan lemak trans seminimal mungkin serta tetap mengonsumsi nutrisi seimbang. Pada tahun 2003, World Health Organization (WHO) merekomendasikan agar konsumsi lemak trans dibatasi hingga kurang dari 1% dari seluruh total asupan kalori.
Hal ini berarti, jika kita mengonsumsi 2000 kalori dalam sehari, maka diharapkan konsumsi lemak trans kita tidak melebihi bahkan lebih baik jika kurang dari 20 kalori, atau 2 gram.[](JF)

Referensi: http://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMra054035
by :Indra putra

Tidak ada komentar: