Pasang Iklan hubungi Indra 02191872929

Pasang Iklan link perusahaan di informasi komersial Rp 75,000 /bulan

Pasang Iklan Sponsor Perusahaan Rp 100,000 /bulan


Info Hubungi Indra: 021 9187 2929-0813 9809 1829


Rabu, 11 Agustus 2010

Kenapa Pacaran Terasa Lebih Menggairahkan Daripada Pernikahan?

Ketika masih sebagai seorang single, seringkali kita percaya bahwa pernikahan adalah tiket emas untuk mendapatkan kebahagiaan seumur hidup bersama dengan orang yang kita cintai. Sepertinya gambaran katalog-katalog pernikahan itu adalah sebuah kehidupan nyata.

Tetapi bagi mereka yang sudah menikah tahu persis ketika semua romantisme itu berakhir, pernikahan itu sama halnya dengan menjalani kehidupan yang membosankan di masa tua. Bahkan, ada yang menginginkan ruang terpisah meskipun tinggal dalam satu atap.
Saya sungguh-sungguh menemukan bahwa menikah jauh lebih menantang daripada berpacaran. Saat berpacaran, kita bicara tentang kemungkinan. Namun ketika kita memasuki pernikahan, maka kita akan menghadapi realita.

Ketika kita masih berpacaran, sangat mudah bagi kita untuk membayangkan bagaimana pasangan kita akan menggoda kita saat kita sedang memasak atau sedang membersihkan rumah. Namun setelah kita menikah, dan Anda melihat kebiasaan yang dilakukannya selama enam bulan, maka sangat sulit bagi kita untuk merealisasikan impian pernikahan itu dalam kehidupan nyata.
Dalam bayangan kita, anak-anak kita nantinya akan selalu tampak lucu, selalu berpakaian sopan dan tanpa cacat cela. Namun anak-anak di dunia nyata akan saling berteriak, mengenakan baju yang selalu kotor dan bersikeras tidak mau ganti baju, bahkan bisa membuat Anda kehilangan kesabaran .

Selama berpacaran, semua cerita lucu yang dikisahkan pasangan Anda, kendala yang dihadapinya di dalam pekerjaan dan apa saja yang terjadi di dalam kehidupan keluarganya menjadi bagian dari pengenalan kita akan pribadinya. Namun setelah menikah dan harus terus mendengarkan keluhannya tentang boss-nya selama tiga tahun, atau mendengar kisah lucu yang sama sampai 67 kali, maka kepribadian yang tadinya tampak menarik justru menjadi gangguan.
Setiap kali saya berbicara mengenai kenyataan di dalam pernikahan, para wanita menikah yang mendengarkan saya selalu menganggukkan kepala mereka dan tersenyum. Namun para single yang mendengarkan saya cenderung berpikir bahwa saya hanyalah wanita setengah baya yang letih dan tidak menjalankan pernikahan saya dengan benar.

Jika sudah demikian, hati kecil saya terkadang berbisik, berharap saya bisa melacak mereka dalam 10 tahun ke depan dan menanyakan bagaimana kabar pernikahan yang sedang mereka jalani. Tolong jangan salah mengerti, saya senang telah menikah (namun tidak selalu seperti itu). Sama halnya seperti karir, mengasuh anak maupun hal berharga lainnya: banyak masalah yang harus saya hadapi dan membutuhkan kerja keras untuk mempertahankannya.
Saat berpacaran, tidak ada yang membayangkan bagaimana harus berhubungan dengan mertua yang sudah berumur atau berdebat tentang tekhnik membesarkan anak dan banyak hal lainnya.
Saya menikah tak lama setelah lulus kuliah. Meskipun saya tidak pernah benar-benar percaya pada mitos Prince Charming sejak saya mengenal make up, namun saya masih terlalu muda dan naif untuk berpikir bahwa saya dan suami saya tidak akan menghadapi masalah-masalah seperti yang orangtua kami alami.

Saya tidak yakin mengapa saya berpikir bahwa kami bisa melewati kehidupan tanpa pernah mengalami masalah dalam hal pekerjaan, keuangan, masalah anak, masalah dengan keluarga pasangan, atau masalah rumah dan peralatan rumah tangga yang rusak. Demi alasan apapun, saya berpikir dengan memilih seorang pria yang tinggi menawan dan mengendarai Mustang yang baru dapat menjamin saya untuk mendapatkan kebahagiaan seumur hidup.
Karisma yang dimilikinya memang terbukti cukup penting, tetapi mesin Mustangnya justru menimbulkan masalah setelah bulan madu kami dan badannya yang tinggi tidak memiliki efek apa-apa di dalam pernikahan kami.

Namun kesabaran dan kesetiaan yang dimilikinya, sifat-sifat lain yang tidak saya sadari dimiliki olehnya (dan sifat-sifat ini memang jarang terlihat selama berpacaran) telah terbukti menjadi landasan pernikahan kami yang bahagia.
Bukankah memang harus seperti itu? Hal-hal yang kita lihat menarik di awalnya pada akhirnya akan memudar, namun hal-hal membosankan yang tidak Anda anggap sebagai masalah besar ternyata jauh lebih penting.

Source : shine.yahoo.com

by :Indra putra

Tidak ada komentar: