KOMPAS.com - Tahun 2001, ketika lepas usia 70 tahun, saya membandingkan dan menganalisa kenapa bangsa Indonesia masih tertinggal dibandingkan dengan bangsa-bangsa lain. Tahun 1960-an tidak banyak perbedaan antara Indonesia, Malaysia, dan Singapura. Sekarang kita-saat GDP per kapita kita 2.300 dollar AS, Malaysia sudah mencapai 8.118 dollar AS, dan Singapura sudah mencapai 38.972 dollar AS. Kita ketinggalan jauh, bukan? Setelah 65 tahun Indonesia merdeka, saya melihat masalah pengangguran dan kemiskinan masih belum terpecahkan secara memuaskan.
Puncak dari refleksi saya akhirnya mengerucut pada kata entrepreneurship ketika entrepreneurship saya nyatakan sebagai "kesanggupan mengubah kotoran dan rongsokan menjadi emas". Dalam konsepsi saya seorang entrepreneur bukan hanya mampu menciptakan kerja bagi diri sendiri saja, namun ia juga mampu melakukan perubahan yang dramatis dan kreatif (kotoran dan rongsokan jadi emas), menghasilkan produk akhir yang disambut pasar (seperti emas) dan mampu melipatgandakan sumber-sumber daya yang ia miliki. Itulah yang sesungguhnya terjadi dalam diri saya sendiri, itulah strategi kehidupan yang saya jalani tanpa saya sadari.
Berita harian Kompas tanggal 18 Agustus 2010 dengan judul China Resmi Salip Jepang memperkuat keyakinan saya. Selama 30 tahun terakhir pertumbuhan ekonomi China berhasil mencengangkan dunia sehingga akhirnya pada tahun 2010, China berhasil mengungguli PDB Jepang dan dinobatkan jadi negara adi daya ekonomi nomor 2 di dunia setelah Amerika Serikat. Padahal 5 tahun yang lalu PDB China baru mencapai angka 2.3 triliun dollar AS atau sekitar separuh dari PDB Jepang.
Kemajuan ekonomi yang luar biasa dari China adalah karena begitu banyak entrepreneur yang melakukan kiprah inovasi di negara-negara tersebut. Semakin banyak entrepreneur dimiliki oleh sebuah negara akan semakin makmur negara tersebut. Menciptakan sebanyak mungkin entrepreneur di suatu negara jelas memiliki kaitan dengan kesejahteraan bangsa tersebut, setidaknya terdapat 4 alasan:
- Solusi bagi dirinya sendiri, karena mereka tidak perlu jadi penganggur, mereka adalah pencipta kerja bagi dirinya sendiri.
- Solusi bagi sesamanya, karena dari pekerjaannya, mereka menciptakan pekerjaan bagi orang lain.
- Solusi bagi komunitasnya, karena dari daya inovasinya ia akan mengubah kekayaan alam dan budaya Indonesia menjadi produk yang dibutuhkan dunia.
- Solusi bagi negara, karena dari hasil karya para entrepreneur, beragam pajak dapat dipungut untuk membiayai pemerintahan dan kelangsungan pembangunan.
Adalah sangat mengkhawatirkan bagi masa depan bangsa bila kita gagal menciptakan para entrepreneur pencipta kerja yang mampu mengubah kotoran dan rongsokan menjadi emas. Harapan kita, di masa depan bertumpu pada para innovative entrepreneur Indonesia yang sekarang masih berada di bangku-bangku sekolah kita. Mereka harus kita persiapkan jadi entrepreneur baru untuk kesejahteraan Indonesia di masa depan.
Sekarang tiba saatnya untuk membangkitkan kembali semangat dan kecakapan innovative entrepreneurship untuk menghasilkan jutaan entrepreneur baru bagi bangsa. Saya percaya melalui sebuah transformasi yang terencana 25 tahun ke muka maka setidaknya 4 juta entrepreneur baru akan tercipta. Itulah doa saya, itulah misi hidup saya, itulah juga harapan saya.
DR. Ir. Ciputra
Pendiri UCEC (Universitas Ciputra Entrepreneurship Centre)
Jl. Satrio Kav. 6, Jakarta 11520
T. 021-520 7333
www.ciputra.org
Puncak dari refleksi saya akhirnya mengerucut pada kata entrepreneurship ketika entrepreneurship saya nyatakan sebagai "kesanggupan mengubah kotoran dan rongsokan menjadi emas". Dalam konsepsi saya seorang entrepreneur bukan hanya mampu menciptakan kerja bagi diri sendiri saja, namun ia juga mampu melakukan perubahan yang dramatis dan kreatif (kotoran dan rongsokan jadi emas), menghasilkan produk akhir yang disambut pasar (seperti emas) dan mampu melipatgandakan sumber-sumber daya yang ia miliki. Itulah yang sesungguhnya terjadi dalam diri saya sendiri, itulah strategi kehidupan yang saya jalani tanpa saya sadari.
Berita harian Kompas tanggal 18 Agustus 2010 dengan judul China Resmi Salip Jepang memperkuat keyakinan saya. Selama 30 tahun terakhir pertumbuhan ekonomi China berhasil mencengangkan dunia sehingga akhirnya pada tahun 2010, China berhasil mengungguli PDB Jepang dan dinobatkan jadi negara adi daya ekonomi nomor 2 di dunia setelah Amerika Serikat. Padahal 5 tahun yang lalu PDB China baru mencapai angka 2.3 triliun dollar AS atau sekitar separuh dari PDB Jepang.
Kemajuan ekonomi yang luar biasa dari China adalah karena begitu banyak entrepreneur yang melakukan kiprah inovasi di negara-negara tersebut. Semakin banyak entrepreneur dimiliki oleh sebuah negara akan semakin makmur negara tersebut. Menciptakan sebanyak mungkin entrepreneur di suatu negara jelas memiliki kaitan dengan kesejahteraan bangsa tersebut, setidaknya terdapat 4 alasan:
- Solusi bagi dirinya sendiri, karena mereka tidak perlu jadi penganggur, mereka adalah pencipta kerja bagi dirinya sendiri.
- Solusi bagi sesamanya, karena dari pekerjaannya, mereka menciptakan pekerjaan bagi orang lain.
- Solusi bagi komunitasnya, karena dari daya inovasinya ia akan mengubah kekayaan alam dan budaya Indonesia menjadi produk yang dibutuhkan dunia.
- Solusi bagi negara, karena dari hasil karya para entrepreneur, beragam pajak dapat dipungut untuk membiayai pemerintahan dan kelangsungan pembangunan.
Adalah sangat mengkhawatirkan bagi masa depan bangsa bila kita gagal menciptakan para entrepreneur pencipta kerja yang mampu mengubah kotoran dan rongsokan menjadi emas. Harapan kita, di masa depan bertumpu pada para innovative entrepreneur Indonesia yang sekarang masih berada di bangku-bangku sekolah kita. Mereka harus kita persiapkan jadi entrepreneur baru untuk kesejahteraan Indonesia di masa depan.
Sekarang tiba saatnya untuk membangkitkan kembali semangat dan kecakapan innovative entrepreneurship untuk menghasilkan jutaan entrepreneur baru bagi bangsa. Saya percaya melalui sebuah transformasi yang terencana 25 tahun ke muka maka setidaknya 4 juta entrepreneur baru akan tercipta. Itulah doa saya, itulah misi hidup saya, itulah juga harapan saya.
DR. Ir. Ciputra
Pendiri UCEC (Universitas Ciputra Entrepreneurship Centre)
Jl. Satrio Kav. 6, Jakarta 11520
T. 021-520 7333
www.ciputra.org
Editor: Nadia Felicia
Sumber: Kompas Klasika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar