Keramaian mewarnai Rumah Makan Medan Baru yang telah berusia 35 tahun itu. Tak beda jauh dengan restoran Padang yang memasang masakan jadi di muka, rumah makan milik Ibrahim, 57, ini juga memajang rendang daging, sambal goreng ati, lalap daun papaya, gulai ayam dan belasan menu lainnya di lemari kaca. Semuanya berbalut bumbu Aceh Melayu.
Masakan utamanya sendiri, mendapat tempat yang istimewa dari menu lainnya. Menu tersebut ditempatkan di dapur yang bersih, yang letaknya di depan rumah makan, tertata rapi di atas wajan-wajan alumunium raksasa yang terpapar api kompor. Tiap beberapa menit sekali petugasnya akan mengaduk kuah kuning nan kental itu. Ada tiga ukuran kepala ikan yang tersedia yaitu kecil, sedang, dan besar.
Untuk ukuran sedang dapat dimakan buat tiga orang, walaupun ada yang sanggup menghabiskan satu atau dua kepala ikan besar sendirian.
Kuah gulainya memang sarat bumbu. Pemilik restoran itu mengaku meramu sendiri bumbu-bumbunya sebelum meneruskannya kepada para juru masaknya. Coba Anda nikmati saat kuah tersebut dikonsumsi, hmmmm gurihnya santan langsung berasa ditambah lagi aroma rempah-rempah yang langsung merebak di hidung Anda.
“Bumbu-bumbunya dari Aceh, banyak rempah-rempahnya. Ada jinta, adas, pala, kapulaga, macam-macam campur jadi satu,” demikian ungkap pemilik restoran tersebut.
Pemilihan kakap putih sebagai menu utama di restorannya tersebut karena dia merasa jenis ikan itulah yang paling pas buat bumbu yang diraciknya. Kakap ini disajikan 200 hingga 300 porsi kepala setiap harinya. Jangan ragu untuk menyesap tulang-tulang ikan itu, karena itulah yang dilakukan semua orang yang datang untuk menikmati kakap. Bagi Anda yang memikirkan kolesterol, Anda bisa lega karena kini ada menu gulai tanpa santan sehingga membebaskan Anda dari rasa kuatir.
Ibrahim mengaku tak malas menciptakan menu-menu baru. Selain gulai kepala ikan dan goreng burung punai yang paling banyak dicari, ia telah mengkreasikan gulai cucut. Rasanya segar, gurih, dan tanpa amis. Dendeng daging bertabur cabe merah rasanya manis, sedikit pedas, dan tentu saja kaya aroma. Sop buntut yang tersaji pun tak kalah mantap. Sebagai makanan penutup, Anda dapat memesan fajri, potongan nanas yang dibalur rempah berhias cabe merah besar.
Saat ini, dari satu ruko yang dia tempati pada tahun 1975, kini sudah beranak menjadi empat rumah makan, ditambah lagi dia berencana untuk membuka cabang baru di Jakarta Barat. Jika lidah Anda sudah tidak sabar lagi untuk mencicipinya, datang saja ke Jl. Raya Krekot Bunder No.65, Pasar Baru; Komp. Griya Inti Sentosa Jl. Griya Agung No.62 Blok N 3/18 Sunter Agung.
by :Indra putra
Tidak ada komentar:
Posting Komentar