Pasang Iklan hubungi Indra 02191872929

Pasang Iklan link perusahaan di informasi komersial Rp 75,000 /bulan

Pasang Iklan Sponsor Perusahaan Rp 100,000 /bulan


Info Hubungi Indra: 021 9187 2929-0813 9809 1829


Rabu, 09 Februari 2011

Siapa Yang Anda Sakiti?

Ketika berusaha menyakiti orang lain, siapa yang sebenarnya paling kita sakiti?
Pertanyaan inilah yang terus saya renungkan selama beberapa minggu terakhir ini saat saya memikirkan tindakan dari salah seorang yang dekat dengan saya. Alih-alih merayakan pernikahan dengan membuatnya menjadi inklusif, intim dan spesial, seorang wanita yang saya kenal memutuskan untuk membawa pernikahannya ke dalam sebuah pernyataan politik termasuk keluarga, teman dan orang-orang tercinta dalam rangka untuk menyakiti dan mempermalukan mereka.

Wanita ini benar-benar menghancurkan dirinya sendiri, dan saya mencoba memahami motivasi dari tindakannya yang tidak berperasaan. Apa yang memotivasi seseorang untuk melukai orang-orang terdekatnya? Apakah untuk mendapatkan perhatian? Apakah untuk membalas dendam? Apakah kebutuhan agar orang lain juga merasakan dan mengalami rasa sakit yang ia rasakan di dalam dirinya? Atau apakah hal itu sebagai pelarian dari tekanan tak terlihat dan harapan yang ia rasakan karena menjadi orang terakhir di keluarganya yang menikah?

Pada saat keluarga harusnya merayakan ulang tahun pernikahan, orangtua, kerabat dan pasangannya terpecah belah dan tidak saling menyapa satu sama lain, terpisah dengan penyesalan dan melukai perasaan. Saya bertanya-tanya apakah pendekaatan yang dilakukan wanita ini bijaksana dan memang diperlukan mengingat dampak berikutnya yang mungkin terjadi dari kejadian ini. Sakit hati yang ia lontarkan menunjukkan kerentanan jauh di dalam dirinya sendiri dimana ia belum siap menangani hidup yang dijalaninya saat ini.

Saya berbicara dengan banyak orang mengenai perasaan, terutama dengan mereka yang memiliki masalah dengan pernikahan dan sedang berjuang untuk menemukan makna dari segala hal yang terjadi di sekitar mereka. Ketika pernikahan mulai berantakan, saya bertemu dengan orang yang merasa kebingungan, sedih, frustrasi, marah dan sakit hati. Dari semua perasaan itu, sakit hati adalah perasaan yang paling kita pahami.

Inti masalah bagi Anda dan pasangan lainnya yang merasa sakit hati adalah dengan menemukan arti dari perasaan ini dan belajar untuk mengembangkan respon yang tepat. Kita dapat mengkomunikasikan perasaan sakit hati yang kita rasakan kepada pasangan atau orang yang kita kasihi dan membuka diri terhadap kerentanan, atau kita dapat menekan perasaan sakit hati yang kita rasakan dan membiarkannya memanifestasikan diri dalam bentuk lain. Persoalannya adalah jika kita memilih untuk menyimpan perasaan kita yang terluka, hal itu dapat bermanifestasi melalui cara yang membahayakan hubungan. Kita dapat memilih untuk membiarkannya meledak di saat kritis dan menggunakan segenap kekuatan yang ada sehingga menyebabkan kerusakan yang sangat parah, atau kita dapat menyimpannya dan membiarkan perasaan itu meracuni kita, atau kita dapat menggunakan perasaan itu untuk mempermalukan seseorang di saat yang kita anggap tepat.

Tapi sebenarnya siapa yang paling kita sakiti? Tidak ada kebaikan yang kita dapatkan saat kita melukai orang lain. Tidak ada kebaikan yang kita dapatkan saat kita mengubah pernikahan menjadi sebuah ajang kompetisi. Tidak ada kebaikan yang kita dapatkan dengan mengubah rasa sakit hati itu menjadi taktik atau senjata untuk melukai orang lain. Satu-satunya orang yang Anda jatuhkan adalah diri Anda sendiri. Dan pihak yang paling terluka adalah hubungan itu sendiri.
Akui rasa sakit Anda dengan menggunakan pernyataan “saya”. Pahami mengapa Anda merasa sakit hati. Apakah seseorang dengan sengaja telah menyakiti Anda? Apakah harapan yang Anda miliki pada seseorang telah kandas? Apakah orang yang Anda kasihi telah menyentuh masalah yang belum sepenuhnya dapat Anda tangani? Apakah seseorang telah menyentuh salah satu ketakutan Anda?

Saya ingin agar pernikahan Anda dikenang di saat-saat Anda menghembuskan nafas terakhir, saat ketika Anda merasa begitu terkait dengan pasangan Anda dan merasa seolah-olah hati Anda hancur saat kehilangan dirinya. Saya ingin agar pernikahan Anda dikenang dengan melibatkan pasangan di dalam hidup dan perjalanan emosional Anda. Dan saya ingin agar pernikahan Anda dikenang sebagai saat untuk mengasihi pasangan Anda dengan cinta kasih yang cukup untuk mengatakan kepadanya akan apa yang Anda rasakan, menekan godaan dan untuk mengasihi pasangan dengan kasih yang cukup untuk mengekspos diri terhadap kerentanan.

Sebuah pernikahan yang berhasil adalah tentang membuka diri Anda kepada spektrum emosional yang sepenuhnya sebagai pasangan, dan menghidupi setiap momen dan emosi sepenuhnya. Di saat-saat seperti inilah Anda akan benar-benar terbuka dan rapuh dimana Anda akan sangat terhubung dengan pasangan. Kali lain saat Anda melihat pasangan Anda, katakan padanya mengenai sesuatu yang menakutkan bagi Anda. Mintalah agar ia juga melakukan hal yang sama. Pada saat itulah Anda akan terhubung dengan pasangan Anda melalui keintiman yang sangat dalam. Hal ini mungkin langkah pertama Anda terhadap pemulihan pernikahan Anda.
Dan Anda berdua menang.
by :Indra putra

Tidak ada komentar: