Minum obat dengan takaran sendiri tidak selalu merupakan ide yang baik. Dengan melakukan hal ini, kemungkinan terbaiknya bisa membuat Anda sakit perut atau kemungkinan terburuknya Anda harus masuk Unit Gawat Darurat.
Sakit kepala? Ambil saja analgesik. Kalau demam? Antipiretik dapat menyembuhkannya. Bagaimana kalau tenggorokan sakit? Oh, antibiotik obatnya. Berapa kali Anda mendengar orang-orang melakukan hal ini? Jika jawabannya sering, mereka bisa saja termasuk golongan orang yang memiliki kebiasaan mengobati diri sendiri seperti yang dilakukan oleh banyak orang yang berpendidikan lainnya yang merasa tidak masalah untuk mengkonsumsi obat tanpa petunjuk dokter.
Banyak dari Anda yang mungkin tidak menyadari hal ini, namun obat-obatan ini bukan berarti tak memiliki efek samping dan dapat menimbulkan malapetaka pada sistem tubuh Anda jika dikonsumsi tanpa nasehat profesional. Berikut adalah obat-obat yang sering disalah-gunakan dan potensi efek samping yang mengikutinya:
Pain Killers (Penghilang Rasa Sakit)
Pain killers adalah obat yang dipakai untuk menghilangkan rasa sakit. Kebanyakan dari obat tersebut termasuk ke dalam kelas obat yang disebut obat anti-inflamasi non-steroid (NSAIDS), yang mengontrol peradangan, demam dan nyeri. “Mengkonsumsi obat ini tanpa konsultasi, membeli obat ini berulang kali dengan menggunakan resep yang sama, meminum dosis ganda dengan harapan lebih cepat menghilangkan rasa sakit atau menggunakan obat yang sisa untuk gejala sama yang muncul kemudian bisa menempatkan orang dalam kesulitan,” ujar Dr Jeetendra Jain, seorang dokter Mumbai spesialis nyeri.
Potensi efek samping:
- Dapat menyebabkan bisul dan pendarahan di perut.
- Dapat meningkatkan zat asam perut, mual, muntah, diare, sembelit, pusing, ruam, dan sakit kepala.
- Meningkatkan tekanan darah dan dapat menangkal efek dari beberapa obat tekanan darah. Juga dapat menyebabkan gagal jantung.
- Menyebabkan masalah ginjal.
Pengobatan alternatif: “Gunakan kompres panas atau dingin, olahraga, fisioterapi atau beristirahat, seperti yang disaranakn dokter Anda untuk mengurangi sakit leher atau punggung, sakit kepala atau nyeri sekujur tubuh, daripada mengambil obat pereda sakit dan sering mengkonsumsinya,” saran Dr Jain.
Sirup Obat Batuk
Biasanya merupakan obat yang digunakan untuk mengobati batuk dan terdiri dari dua jenis. Sirup yang digunakan untuk batuk kering yang disebut pereda batuk atau antitusif, sedangkan untuk membantu meredakan batuk berdahak adalah ekspektoran. Karena kebanyakan jenis obat ini mengandung alkohol, orang cenderung menggunakannya dengan dosis yang semakin besar.
Potensi efek samping:
- Jantung berdebar atau detak jantung tidak teratur.
- Mulut kering.
- Mual, nyeri perut, sembelit.
- Pusing, penglihatan kabur, mengantuk.
- Telinga mendengung.
- Kegelisahan, kebingungan dan berkurangnya konsentrasi.
Pengobatan alternatif: Campur madu dengan air hangat untuk menenangkan batuk atau seteguk air putih setiap beberapa menit jika tenggorokan Anda serak. “Temui dokter Anda sehingga ia dapat memberi saran pengobatan penyebab batuk, daripada mengobatinya dengan sirup obat batuk,” ujar Col Dwivedi, Spesialis THT pda klinik Angkatan Bersenjata, New Delhi. “Batuk adalah bentuk mekanisme dari pertahanan tubuh dimana tubuh Anda melempar keluar iritasi atau infeksi melalui dahak, yang menyertai batuk, jadi saya sarankan untuk tidak menahannya,” tambahnya.
Antibiotik
Antibiotik adalah obat yang digunakan untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Biasanya, sistem kekebalan tubuh kita dapat melawan bakteri dan menghentikannya dari multiplikasi yang dapat menyebabkan infeksi. Namun ada kalanya ketika daya tahan tubuh turun dan tubuh tak mampu mengontrol infeksi. Saat itulah Anda membutuhkan antibiotik. “Fakta bahwa sistem kekebalan tubuh yang kompeten dapat mengontrol banyak infeksi seharusnya menjadi alasan yang cukup bagi masyarakat untuk tidak mengkonsumsi antibiotik secara teratur dan membiarkan tubuh mereka untuk bekerja secara alami,” ujar Dr Sunali Kashyap, seorang dokter gigi di Noida. Sebagian besar dari mereka yang mengkonsumsi antibiotik tanpa pengawasan tidak memahami dosis yang tepat dan cenderung menghentikan pengobatan saat sudah merasa lebih baik. “Padahal jika Anda mengambil dosis yang tidak memadai dengan interval yang tidak teratur untuk durasi yang tidak lengkap, bakteri bisa menjadi resisten terhadap obat dan obat tersebut akan menjadi tidak efektif untuk penggunaan di masa depan,” tambah Dr Kashyap.
“Ciprofloxacin, yang umumnya diberikan tanpa pengawasan, adalah obat anti-TBC tingkat rendah dan terkadang dapat menutupi tuberculosis jika diambil oleh pasien,” ujar Dr Deepak Raina, seorang ahli bedah ortopedi di Indian Spinal Injuries Centre, New Delhi.
Potensi efek samping:
- Reaksi alergi seperti pembengkakan bibir, wajah dan lidah.
- Buang air besar.
- Mual, muntah dan pusing.
- Peradangan pada usus besar (kolitis) terutama pada orangtua.
- Infeksi vagina pada wanita yang disebabkan oleh pertumbuhan jamur karena penekanan ‘bakteri baik’.
- Antibiotik tertentu dapat mengurangi efektivitas pil kontrasepsi oral.
Pengobatan alternatif: “Biarkan dokter Anda menggunakan pengalamannya untuk menentukan antibiotik mana yang Anda butuhkan, atau apakah Anda benar-benar membutuhkannya,” saran Col Dwivedi.
Obat Homoeopathic
Homoeopathy menawarkan solusi pengobatan kepada individu berdasarkan gejala spesifik. Homoeopath menanamkan dalam pikiran dari psikologis pasien, kebiasaan, kesukaan, ketidak-senangan, dan temperamen, sebelum meresepkan obat tertentu. Homoeopathy sendiri mengarah pada pentingnya instruksi yang benar sebelum mengkonsumsi obat.
Selain itu, obat ini tidak kehilangan efek samping yang umum diyakini. “Meskipun mereka dibuat dari sumber alami dan efek sampingnya tidak mematikan, namun dapat menyebabkan gangguan perut dan jantung berdebar jika dikonsumsi secara sembrono dalam waktu lama. Bahkan, Anda juga mungkin memiliki penyakit obat, yaitu mengalami tanda-tanda dan gejala dari obat itu sendiri,” ujar Dr Monika Nath, seorang dokter homoeopath dari New Delhi.
“Terkadang obat tertentu dapat megurangi gejala dan seseorang mungkin menambah dosis untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dalam waktu yang lebih panjang sebagai antisipasi dari pengobatan utuh, dan tidak menyadari bahwa hal tersebut bukanlah pengobatan yang tepat sama sekali. Hal ini dapat menyebabkan efek samping, yang mungkin memerlukan intervensi medis,” tambahnya.
Oleh karena itu pastikan gejala penyakit, cakupan dan potensi dari obat tersebut sebelum mengkonsumsinya.
Obat Ayurvedic
Obat ini juga berasal dari produk alami dan banyak dari mereka yang tersedia tanpa pengawasan, tapi tidak boleh dikonsumsi tanpa instruksi dari dokter ayurvedic yang berkualitas. “Obat-obatan ayurvedic harus ditentukan berdasarkan tipe tubuh pasien, usia, gaya hidup, kebiasaan diet, dan durasi penyakit. Dosis, durasi, pembatasan diet dan bahkan jeda waktu pemakaian sangat penting untuk mendapatkan manfaat yang optimal dan menghindari efek samping,” ujar Dr Shantala Priyadarshini, MS (Ayurveda) dari Mysore. “Efek samping dapat berkisar dari ruam ke buang air besar dan perut kembung dan ketergantungan terhadap obat,” tambahnya. Jadi berhati-hatilah sebelum Anda mengambil triphala atau tulsi tanpa konsultasi sebelumnya.
Obat adalah zat yang memiliki beragam efek pada sistem Anda, banyak diantaranya yang tidak diinginkan. Seorang dokter, hanya setelah mengobservasi secara ekstensif, menjadi mampu untuk menilai tubuh Anda disertai resiko dan manfaat yang termasuk dalam penawaran pengobatan. Jadi, memberikan resep obat sebaiknya diserahkan kepadanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar